"Jl. Gemini No.43 RT.21 Kampung Tator Sangatta-Kutai Timur"

Renungan Harian

Jemaat Rama Sangatta_ Syalom saudara/i kali ini admin akan membagikan renungan harian untuk menjadi penuntun menjalani hari ini. Admin berharap melalui renungan ini bapak/ibu serta saudara-saudari dituntun supaya setiap hari ada waktu indah untuk bersaat teduh di bawah tuntunan dan pimpinan Firman Tuhan. Setiap kita diharapkan menikmati anugerah Tuhan serta bertanggungjawab menggunakan waktu yang Tuhan anugerahkan dalam perjalanan hidup kita. Bagikan renungan ini melalui media sosial yang anda gunakan untuk berinteraksi kepada orang-orang disekitar anda, supaya mereka juga turut merasakan kuasa kasih karunia Tuhan melalui Yesus Kristus Juruselamat kita.



Renungan Harian

Sebagai orang percaya kita tidak boleh mengabaikan apa yang menjadi perintah Tuhan. Sebab jika kita mengabaikan apa yang menjadi perintah Tuhan, itu artinya kita memberontak kepada Tuhan. Firman Tuhan katakan di dalam;

1 Petrus 1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Ini adalah perintah, dimana kita harus menjadi kudus, karena Allah itu kudus. Kalau dikatakan “kuduslah kamu” perintah ini bukan tanpa alasan, perintah ini memiliki alasan yang sangat kuat yaitu karena Allah itu kudus. Oleh sebab itu kita pun harus kudus. Kalau kita tidak kudus itu berarti kita tidak bisa menyatu dengan Allah yang kudus.

Kalau kita tidak mau hidup dalam kekudusan berarti kita menolak perintah Tuhan, dan menolak perintah Tuhan sama dengan memberontak kepada Tuhan. Memberontak kepada Tuhan sama dengan menjadikan diri kita musuh Tuhan.

Hampir semua orang percaya yang ada di muka bumi ini akan selalu mengkleim bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan. Tentu karena mereka mengaku percaya kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka mereka dengan mudahnya berkata mereka adalah anak-anak Tuhan.

Kalau kita adalah anak-anak Tuhan, itu artinya sebagai anak kita harus menuruti apa yang menjadi perintah Bapa. Anak yang tidak menuruti perintah Bapa sama dengan memberontak kepada Bapa.

Ayat firman Tuhan ini; Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. sudah sangat sering kita dengarkan, atau bahkan sudah sangat sering kita baca. Persoalannya adalah selama ini kita tidak memiliki keinginan yang sungguh-sungguh untuk mau hidup dalam kekudusan.

Itulah kenapa seringkali kita mendengar banyak orang percaya akan berdalih dengan berkata, mana mungkin kita bisa hidup kudus seperti Tuhan?.

Jika persoalannya demikian maka sekarang kita coba melihat lagi siapa yang memerintahkan supaya kita harus hidup kudus. Dan ternyata yang memberi perintah adalah Allah sendiri. Itu artinya Allah tahu bahwa perintah itu bukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Pasti bisa dilakukan, sebab Allah tidak mungkin memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan.
Jika demikian mengapa kita tidak bisa hidup dalam kekudusan?. Tidak ada jawaban lain selain, sesungguhnya bukan tidak bisa, tetapi kita tidak mau untuk hidup kudus. Sebab kalau kita mau, maka kita akan berjuang untuk tetap menjaga kekudusan hidup.

Contoh sederhana; Orang yang tidak bisa naik sepeda, tetapi karena ia memiliki keinginan yang kuat untuk bisa naik sepeda, maka ia akan berjuang dan terus belajar sampai bisa naik sepeda, sekalipun dalam proses belajar itu seringkali bisa saja ia terjatuh dan merasakan sakit. Tetapi ketika ia sudah bisa mengendarai sepeda dengan benar, maka dengan melepaskan tangan sekalipun ia akan tetap bisa mengendarai sepeda.

Hal yang sama juga terjadi kepada orang yang ingin supaya bisa mengendarai mobil atau motor, pasti harus melalui proses belajar terlebih dahulu barulah ia bisa mengendarai mobil atau motor.

Seorang anak kecil yang baru mulai belajar berjalan, ketika ia sudah mulai merangkak, maka orang tuanya akan berkata kepada anak itu “ayo nak jalan, jalan, jalan ...” maka anak itu akan berjalan tertatih-tatih, bahkan seringkali kita melihat anak itu akan berjalan dengan kecepatan yang seolah-olah ingin berlari untuk sampai kepada orang tuanya yang ada di depannya.

Pertanyaannya adalah kenapa anak ini seperti ingin berlari supaya lebih cepat sampai kepada orang tuanya?. Jawabannya sederhana, karena ia takut jatuh, bahkan seringkali juga terjatuh. Tapi apakah anak itu lalu tidak mencoba lagi?. Ia akan terus mencoba sampai bisa berjalan. Kenapa anak kecil ini ingin terus mencoba, karena ia melihat ada orang tuanya yang siap untuk menolongnya apabila ia terjatuh.

Jadi yang menjadi landasan yang paling kuat disini supaya kita bisa hidup dalam kekudusan adalah; kita harus memiliki “keinginan” untuk berjuang menjaga kekudusan hidup. Keinginan itulah yang akan membuat kita terus belajar setiap saat menjaga kekudusan hidup.

Tentu dalam prosesnya pasti seringkali kita juga gagal dan jatuh lagi. Tetapi kita tidak boleh berhenti, kita harus bangkit kembali dan berjuang lagi, dan harus percaya bahwa Allah Bapa di Sorga akan memberi pertolongan kepada kita oleh kekuatan kuasa Roh Kudus yang akan terus memimpin kita, mengajar kita, menuntun kita, menasehati kita, sampai pada akhirnya hidup dalam kekudusan itu akan menjadi irama hidup dan gaya hidup yang kita nikmati sehari-hari.

Irama hidup dan gaya hidup seperti itulah yang sesungguhnya sudah terlebih dahulu ditunjukkan oleh Tuhan Yesus, dan itulah satu-satunya gaya hidup yang dikehendaki oleh Allah Bapa di Sorga.

Memiliki keinginan untuk hidup dalam kekudusan sama dengan berjuang untuk menjadi sempurna seperti Bapa di sorga yang adalah sempurna. (Matius 5:48). Sebab berjuang untuk menjadi sempurna juga merupakan perintah yang harus kita lakukan.
Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Orang yang mau berjuang sungguh-sungguh untuk menjadi kudus sama dengan orang yang memiliki kerinduan untuk datang dan berjumpa dengan Bapa, bukan saja saat di dunia ini, tetapi terlebih lagi kerinduan untuk cepat berjumpa dengan Allah Bapa dan Tuhan Yesus di dalam Kerajaan Sorga. Kiranya kebenaran ini memberkati kita semua. Amin

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Renungan Harian

0 komentar:

Posting Komentar