"Jl. Gemini No.43 RT.21 Kampung Tator Sangatta-Kutai Timur"

Renungan Harian | Rabu, 18 September 2019

Jemaat Rama Sangatta | Syalom saudara/i kali ini admin akan membagikan renungan harian untuk menjadi penuntun menjalani hari ini. Admin berharap melalui renungan ini bapak/ibu serta saudara-saudari dituntun supaya setiap hari ada waktu indah untuk bersaat teduh di bawah tuntunan dan pimpinan Firman Tuhan. Setiap kita diharapkan menikmati anugerah Tuhan serta bertanggungjawab menggunakan waktu yang Tuhan anugerahkan dalam perjalanan hidup kita. Bagikan renungan ini melalui media sosial yang anda gunakan untuk berinteraksi kepada orang-orang disekitar anda, supaya mereka juga turut merasakan kuasa kasih karunia Tuhan melalui Yesus Kristus Juruselamat kita.

Renungan Harian | Rabu, 18 September 2019
www.ppgtjrs.blogspot.com

Bacaan Alkitab : Ayub 40 : 1 - 9
¹Maka jawab TUHAN kepada Ayub: ² "Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!" ³Maka jawab Ayub kepada TUHAN: ⁴"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. ⁵Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan." ⁶Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: ⁷ "Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku. ⁸Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu? ⁹Apakah lenganmu seperti lengan Allah, dan dapatkah engkau mengguntur seperti Dia?

Renungan :

KEBESARAN TUHAN
(KamatandeanNa Puang Matua)

Ketika Tuhan menyuruh Ayub untuk menjawab pertanyaan-Nya, jawaban Ayub adalah, "Aku ini terlalu hina.., jawaban apakah yang dapat aku berikan?" Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris, kata hina dipakai Ayub adalah veil, yang artinya bernilai sangat kecil. Ayub merasa dirinya bernilai sangat kecil di hadapan Tuhan yang begitu besar. Penderitaan, ternyata tidak membuat Ayub menyaksikan kebesaran Tuhan. Bahkan, di tengah penderitaan-Nya ia memilih menutup mulutnya dari pada mencoba meragukan kebesaran-Nya.

Teks ini rupanya memang ingin menekankan kebesaran TUHAN, sebab afirmasi akan kebesaran-Nya juga keluar dari mulut TUHAN sendiri, yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan retoris. Intinya, dapatkah manusia membandingkan dirinya yang kecil dengan Tuhan yang suaranya adalah guntur? Pertanyaan retoris ini jelas jawabannya: Ayub, kita tidak dapat membesarkan diri kita dihadapan Tuhan.

Manusia bergumul dengan segala dinamika hidupnya: senang, susah, bahagia, sedih, sukses, gagal, kehilangan, dsb. Dapatkah manusia mengatakan Tuhan itu besar hanya ketika ia sedang berada dalam situasi hidup yang menguntungkan? Apakah Tuhan  menjadi kurang berkuasa ketika kita sedang terpuruk? Tidak! Suatu kali, dalam ibadah pelepasan jenazah profesor di sebuah gereja, keluarga yang berduka beserta segenap pelayat dengan khusyuk dan nyaring menyanyikan, "Kami memuji kebesaranMu...". Benarlah, dalam iman Kristen, di hadapan kematian sekalipun, ada pengakuan bahwa Tuhan tetap gagah perkasa, tidak ada yang dapat mengurangi kebesaran-Nya.

Tuhan Yesus Memberkati

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Renungan Harian | Rabu, 18 September 2019

0 komentar:

Posting Komentar